Penjelajahan Sensualitas II
Sambungan dari bagian 01
Tanpa menunggu jawaban dari Ema, Fani langsung kembali mendaratkan
bibirnya di puting adik kelasnya yang kebingungan itu dan kembali
mengulumnya, kali ini dengan gairah yang semakin bergelora dalam
dadanya sendiri. Dengan refleks, Fani mulai memainkan lidahnya pada
puting Ema, membuat Ema terpekik tertahan sambil mendadak kedua
tangannya mencengkeram kepala Fani. Namun kali ini Ema tak mendorong
Fani. Sebaliknya ia malah seperti menarik kepala Fani agar menghisap
dan menjilati putingnya semakin keras. Fani sendiri sangat menikmati
gairah yang semakin meledak-ledak dalam dirinya, ditambah reaksi Ema
yang membuatnya semakin terangsang, hingga lidah dan bibirnya semakin
liar menjilati dan menghisapi puting Ema. "Ohh.." Ema mendesah tanpa ia
sadari. Fani pun melepas mulutnya dari buah dada Ema, membuat
kekecewaan dan rasa terkejut terbersit di wajah Ema. "Gantian dong,
Em," kata Fani, "Kayaknya lu nikmatin banget. Gue kan juga mau
ngerasain," lanjutnya dengan perasaan penuh pengharapan dan antisipasi.
Ema tentunya memahami ini walaupun merasa sangat aneh harus menghisap
buah dada sesama wanita, namun setelah ia merasakan kenikmatan dan
rangsangan gairah yang baru kali ini ia rasakan, ia tahu Fani pasti
akan merasakan kenikmatan yang sama. Maka kini Fani duduk di pinggir
ranjang dan Ema, masih tetap duduk di pinggir ranjang, membungkukkan
badan dan mulai mengulum dan menghisap puting Fani.
"Ngghh.." lenguhan Fani langsung meledak begitu bibir basah Ema
menghisap putingnya yang kecil dan segar itu. Mata Fani terpejam rapat
sementara darahnya menggelegak oleh rangsangan dan kenikmatan hebat
yang baru kali ini ia rasakan. Tahu kakak kelasnya menikmati ini, Ema
semakin rileks dan melanjutkan hisapan dan jilatannya pada puting Fani,
bahkan semakin lama semakin liar dan ganas, membuat Fani terpaksa
mencengkeram kepala Ema dan merintih-rintih menahan gairah, "Aaahh..
ahh.. Emm.. Enak Emm.."
Ema sendiri tak menyangka akan menikmati pengalaman ini, memeluk
tubuh Fani dan semakin menjadi-jadi menghisapi puting Fani. "Ohh..
ohh.. ohh.. stop.. stop.. stop dulu Em.. ohh.. Emm.." desah Fani.
Bingung dan takut tindakannya salah hingga Fani tak lagi menikmati ini,
Ema berhenti menjilati puting Fani dan menatap kakak kelasnya yang
terengah-engah dengan wajah merah padam penuh birahi ini, "Kenapa, Fan?
Nggak enak, ya?" tanya Ema bingung. "Gila lu! Nikmat banget lagi,"
balas Fani, "Cuma gue berasa aneh nih, Em. Kayaknya celana dalem gue
makin basah deh." Ema terbeliak semakin bingung mendengar itu. "Mungkin
saking nikmatnya gue kencing dikit di celana kali," lanjut Fani
sama-sama tak mengerti.
Fani langsung bangkit berdiri dan melepas celana pendeknya, lalu
meraba celana dalamnya, "Tuh kan! Bener basah!" tukasnya lalu ia
mencium tangannya yang baru ia pakai meraba selangkangannya itu, "Tapi
bukan kencing nih, Em. Nggak pesing tuh!" ujar Fani yang dilanjutkannya
dengan meloloskan celana dalamnya hingga kini ia benar-benar telanjang
bulat berdiri di depan Ema. Fani memeriksa celana dalamnya dan
mendapatkan sedikit lendir bening melekat di celana dalamnya.
"Ih, bener, bukan kencing, Em. Lendir nih!" tukas Fani sambil
menengok ke arah Ema dan terkejut melihat Ema tampak duduk dengan
gelisah sambil menggerak-gerakkan pahanya dengan mata tampak
menerawang. "Naah, lu juga basah ya, Em?" sentak Fani mengejutkan Ema!
Serta merta Fani menarik lengan Ema hingga adik kelasnya ini berdiri di
depannya, lalu dengan cepat Fani melorotkan celana pendek sekaligus
celana dalam Ema yang masih terlalu kebingungan hingga tak melakukan
perlawanan. Fani menarik celana Ema lepas dari pergelangan kakinya lalu
kembali berdiri dan menunjukkan lendir bening yang juga terdapat di
bagian dalam celana dalam adik kelasnya yang cantik itu. "Tuh lihat, lu
juga keluar lendirnya, Em." Ema hanya bengong sementara Fani semakin
bergairah pada permainan seksual mereka yang ternyata berkembang jauh
melebihi perkiraannya.
Dengan tinggi kurang lebih 160-an cm dan berat sekitar 45 kg, Fani
dan Ema benar-benar tampak seperti sepasang gadis cilik, sama-sama
telanjang bulat, berdiri berhadapan, menjelajahi pengalaman seksual
pertama mereka yang membingungkan, namun menggairahkan sekaligus
memberi kenikmatan hebat.
Fani melempar kedua celana dalam ke lantai sambil mengulurkan
tangannya ke selangkangan Ema. "Ngghh.." Ema melenguh panjang selagi
setruman gairah hebat meledak dalam dirinya saat jari Fani menyentuh
bibir vaginanya yang basah itu. Lututnya sontak terasa lemas dan
kepalanya terasa ringan melayang. Melihat temannya limbung, Fani
langsung merangkulnya dan menuntunnya kembali duduk di ranjang. Fani
sendiri duduk di samping Ema, merangkul pundak Ema dengan sebelah
tangan lalu tangan satunya kembali melanjutkan meraba vagina Ema.
Diiringi desah gairah Ema yang begitu merangsang di telinga sang kakak
kelas, Fani menggosok-gosokkan jarinya dengan lembut di sepanjang bibir
vagina Ema yang semakin lama tampak semakin merekah, menampilkan daging
merah muda segar dan basah sang perawan cilik. "Hhh.. Fan.. ohh..
ngghh.. mmhh.."Fani semakin terangsang dan semakin berani. Ujung jari
tengahnya ia masukkan ke dalam vagina Ema dan ia gerakkan menggesek
daging segar vagina Ema yang semakin lama semakin banyak mengeluarkan
lendir bening itu dari bawah ke atas, hingga menyentuh klitoris Ema
yang mulai mencuat. "Ngk! Ahh.." Ema terpekik menggairahkan saat jari
Fani mencapai klitorisnya. Fani terkejut namun semakin terangsang
melihat reaksi nikmat sang adik kelas. Wajah menggemaskan Ema tampak
semakin menggairahkan dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut
Fani.
Mempertahankan kelembutan tekanannya, jari Fani semakin cepat
menggesek vagina dan klitoris Ema, membuat Ema mendesah dan merintih
tak terkendali. "Hhh.. hh.. ngh.. nghh.. mm.. mm.. ohh.." Sementara
vagina Fani sendiri semakin basah oleh lendir gairah, Fani semakin
terangsang melihat kenikmatan yang jelas-jelas ditunjukkan Ema di
wajahnya, ia pun semakin bergelora dan membungkukkan badannya dan
kembali menjilati dan menghisap puting Ema dengan liar dan bernafsu.
"Ohh.. ohh.. ohh.. Fann.. gillaa.. ohh.. ennak Fan.. mmhh.."
"Sllrrp.. sllrrpp.. klcp.. klcp.. sllrrpp.. klcp.. mm.. klcp.. klcp.."
"Mmm.. mm.. mm.. nghh.. nghh.. Faann.. Faann.. Fann.. oh.. oh.. oh.. oh.."
Desahan dan rintihan Ema yang dipenuhi kenikmatan semakin terdengar
liar dan tak terkendali, sementara Fani yang semakin terangsang
menggesekkan jarinya semakin liar di vagina perawan Ema dan lidah dan
bibirnya melahap puting Ema dengan semakin bernafsu. Ema sendiri merasa
gelombang kenikmatan memuncak dalam dirinya dan suatu perasaan seperti
kesemutan merebak perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya. Dengan nafas
tersengal-sengal, Ema mencengkeram erat kepala Fani dan menekannya
keras ke buah dadanya, lalu dalam suatu ledakan kenikmatan yang terasa
bagaikan tak berujung, Ema memekik tertahan saat perasaan kesemutan
dalam tubuhnya meledak menjadi setruman kenikmatan puncak yang membuat
cairan kental tumpah deras dari dalam vaginanya, membasahi jari Fani
yang masih liar menggesek-gesek vaginanya.
"Aaakk!" pekik Ema sambil dengan refleks menjepit tangan Fani
dengan kedua pahanya, sementara tangannya mencengkeram kepala Fani
semakin keras dan kepalanya terdongak ke belakang dengan bola mata
terputar ke belakang penuh kenikmatan. Fani yang berusaha menarik
tangannya membuat jarinya kembali menggesek vagina Ema dari bawah ke
atas dengan gerakan sangat pelan, membuat Ema kembali menikmati
ledakan-ledakan kenikmatan yang terasa tak kunjung habis, memaksanya
menggigit bibirnya.
Akhirnya tangan Fani lepas dari jepitan paha Ema disertai lenguhan
panjang Ema yang mengakhiri kenikmatan puncak orgasme pertamanya,
"Ohh.." Fani menatap penuh rasa terpesona dan bergairah saat Ema ambruk
terlentang di kasur dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah. Ia
menyusul berbaring di samping Ema dan memeluk tubuh sang adik kelas,
langsung dibalas pelukan erat Ema yang sangat menikmati pengalaman
seksual indah ini. Keduanya berpelukan erat, saling menikmati
kenyamanan kehangatan tubuh yang lain.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka saling melepas pelukan dan
Ema tersenyum menatap mata Fani. Rasa cinta dan kasih sayang mendalam
tersorot jelas dari mata Ema. Fani memahami perasaan ini dan mengecup
bibir Ema dengan lembut. Mereka lalu terkikik geli bersama-sama, lalu
kembali saling berpelukan erat dan Ema berbisik di telinga Fani, "Fan,
gue nggak ngerti perasaan gue saat ini. Tapi rasanya gue nggak mau
pisah dari elu. Gue rasanya sayaang banget ama elu."
Fani tersenyum dan membalas bisikan sang adik kelas, "Gue juga
sayang banget ama elu, Em. Lu jadi pacar gue aja, ya?" Walaupun tak
pernah terpikir akan berpacaran dengan sesama wanita, namun Ema tak
bisa memungkiri perasaannya saat ini, "Iya, Fan. Gue mau jadi pacar
elu. Gue cinta ama elu." Mereka melanjutkan berpelukan erat dan hangat
selama beberapa saat, lalu Ema melepas pelukannya dan berkata pada
Fani.
"Gila, Fan. Lu bikin gue nikmat banget. Sekarang gantian ya, gue yang raba elu?"
"Iya dong, gue juga mau ngerasain kayak elu. Tapi jari lu jangan
dimasukin ya? Kayak gue aja tadi, digesek-gesek aja. Gue takut
keperawanan gue sobek," balas Fani.
Ema hanya mengangguk dan tetap dalam posisi rebahan, ia membuka
paha Fani hingga mengangkang lebar, membuka vagina mudanya yang segar
merekah, lalu mulai meraba-rabanya dengan jari tengahnya. Tak memakan
waktu lama bagi vagina Fani untuk kembali basah penuh lendir gairah,
apalagi saat Ema mendaratkan bibir dan lidahnya, mempermainkan puting
Fani yang mungil itu. Desahan dan rintihan Fani pun akhirnya meledak
menjadi pekikan penuh kenikmatan saat orgasme yang liar dan lama,
seperti yang dinikmati Ema, bergejolak dalam tubuh mungil Fani.
Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, Fani dan Ema berpelukan
mesra dan penuh kasih sayang, hingga akhirnya mereka tertidur pulas
hingga pagi.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1944